Jumat, 26 Desember 2008

Pengalaman Pertama Praktek Sholat Khusyu'

Aku selesai baca buku ini sekitar jam 11an malam, kebetulan aku belum Shalat Isya jadi aku ingin praktekan langsung hari itu juga, padahal disarankan untuk pertamanya lebih baik dilakukan pada shalat sunat dulu tapi apa salahnya kalau aku langsung praktekan pada shalat fardhu. Hmmm badung...:)
Aku ambil wudhu dulu dan berusaha untuk konsentrasi karena Wudhu adalah awal untuk melakukan Shalat khusu', kalau wudhu nya nggak khusu' maka sholatnya juga nggak khusu'. Ada dua kali aku melakukannya karena aku merasa putus hubungan dengan pencipta saat itu. Aku ulangi lagi sampai benar-benar fokus terhadap apa yang aku lakukan. Akhirnya selesai juga, dan ini mungkin Wudhu terlama yang pernah aku lakukan sepanjang hidupku.

Tibalah aku melakukan Shalat, di TV ada acara American Idol yang sebenarnya aku tunggu dan aku terpaksa hilangkan dulu volumenya tanpa mematikan TV nya. Aku berusaha untuk benar-benar khusu' pada saat takbir yang pertama, entah berapa kali karena aku merasa pikiranku masih kemana-mana, akhirnya aku merasa mantap melakukannya(sudah khusu' atau belum aku nggak tahu yang jelas lebih baik dari takbir-takbir sebelumnya). Aku berusaha untuk meresapi setiap bacaan yang aku ucapkan dan jangan sampai aku tidak mengerti(ALhamdulillah aku masih ingat artinya sejak aku harus menghapalkannya saat aku kuliah dulu). Hanya bacaan surat yang aku belum tahu artinya jadi aku pake surat yang pendek-pendek saja. Aku berusaha untuk tetap se-tumaninah mungkin, saat ruku' aku harus merasakan keagunganNya demikian juga pada saat sujud. Saat duduk antara dua sujud aku berusaha untuk komunikasi langsung tetapi nggak bisa. Robigfirli aku ucapkan dan aku berharap respon ampunanNya, aku belum mendapatkannya. Rokaat kedua sedikit terganggu kekhusu'anku karena aku membuka mata dan ada cahaya dari TV yang masih menyala. Kupejamkan lagi mataku dan berusaha untuk konsentrasi lagi, Rokaat ketiga aku merasa lebih baik dari rakaat kedua.Rokaat keempat aku benar-benar sangat menikmati setiap gerakan, kulakukan setiap gerakan dengan tumaninah. Ruku' benar-benar enak, kuucapkan bacaan shalat dengan arti yang benar-benar aku mengerti. Sujud pertama rokaat ini aku benar-benar merasa Allah maha tinggi, saat duduk antara dua sujud aku berusaha untuk merasakan komunikasi langsung dan aku merasa tidak mendapatkannya, setelah itu aku langsung sujud untuk yang terakhir. Saat inilah aku merasakan sesuatu yang lain, aku menangis ya aku menangis di sujud terakhir ini, aku benar-benar menangis. Dunia terasa gelap, aku dibawa kedalam suatu lorong dan kemudian berada dalam suatu ruangan yang luas dengan banyak titik-titik putih dengan latar belakang hitam, entah dimana. Subhana Robiyal A'laa, yang pertama aku menangis demkian juga yang kedua dan ketiga, aku berusaha untuk bangkit untuk melakukan tahiyat akhir tapi susah, aku tetap sujud sementara leherku tercekat, agak sulit bernapas(tapi tetep bisa). Di sujud itu aku terus menangis. Selesai Shalat aku kaget, dan bertanya-tanya batal enggak ya Shalat sambil nangis. Kemudian aku dzikir sesuai dengan yang disarankan, aku nangis lagi disini(hmmm... Q-noy). Sampai akhirnya aku sujud lagi dan tetap nangis.Entah berapa lama aku Shalat, tetapi aku merasa ini Shalat fardhu terlama dalam sejarah hidupku mungkin 20 menit atau 30 menit. Selesai semuanya dan aku benar-benar plong.

Terima kasih ..... atas hadiahnya, tanpa mengecilkan arti hadiah dari yang lain, bagaimanapun juga ini hadiah(baca:anugerah) terindah yang pernah saya dapatkan.
Kesimpulannya sampai sekarang aku belum bisa Shalat Khusyu' apalagi kalau di kantor tempat Sholat nya antri, di rumah yang nggak antri juga susah karena mau ini mau itu. Nggak bisa khusyu masih melayang-layang pikirannya.
(sumber: tup-tup.blogspot.com)

1 komentar:

mantan preman mengatakan...

subhanallah, senang dan plong ya ... rasanya kalau sholat kita sudah khusyu dan semoga nikmat. Maaf saya komentari sedikit, menurut yang pernah saya pelajari dan baca bukankah sholat itu lebih utama berjamaah dan khusyu' tidak hanya ketika sepi saja? coba deh baca buku manajemen sholat karya Ansufri Sambo